Padi varietas Sertani-1 yang diandalkan dalam Program Mari
Sejahterakan Petani (EMESPE) mampu berproduksi cukup tinggi, 13—14 ton/ha, pada
kondisi kekurangan air.
Salah satu fokus Program EMESPE adalah meningkatkan
kesejahteraan petani padi dengan mengenalkan varietas unggul Sertani-1.
Varietas hasil pemuliaan Surono Danu ini sebelumnya telah diujitanam di
beberapa wilayah Provinsi Lampung. Di sawah beririgasi menghasilkan 13—14 ton
gabah kering panen (GKP) per hektar.
Padi itu kemudian diujitanam pada lahan yang suplai airnya
minim di Pematang Johar, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumut. Di lahan milik Amit
Damanik tersebut, hasil panen yang dihitung secara ubinan ternyata tidak
berbeda, 13—14 ton GKP per hektar.
Cara bercocok tanam Amit tidak dengan varietas padi lain
yang biasa ditanamnya. Namun hasilnya ternyata jauh berbeda. Biasanya ia hanya
menghasilkan maksimal 8—10 ton per hektar. Bahkan varietas Ciherang di lahan
seperti ini paling banyak menghasilkan 5 ton. “Padahal, dalam pengelolaannya,
saya belum 100% sesuai anjuran yang didapatkan pada pelatihan di Cariu, Bogor,”
ungkap Amit.
Cara tanam di lahan sulit air itu tentu beda dengan di sawah
beririgasi. Lubang tanam dibuat dengan tugal (sebatang kayu berujung runcing).
Ke dalam tiap lubang tanam dimasukkan satu benih kemudian ditutup tanah.
Amit menjelaskan perbedaan pertanaman yang dilihatnya.
Jumlah bulir padi dalam satu malai mencapai 400—450, jauh lebih banyak
ketimbang varietas lain yang sekitar 200 bulir. Jumlah benih yang dibutuhkan
hanya 10 kg per hektar. Umur panen juga lebih pendek, 95 hari dari pesemaian.
Atau lebih cepat panen 40 hari .
dibandingkan varietas lainnya yang 125—150 hari
dibandingkan varietas lainnya yang 125—150 hari
Surono
Danu
|
TERBANGGI BESAR--Desa Nambah Dadi,
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung hanyalah desa pertanian biasa.
Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani padi. Namun, sejak
beberapa tahun terakhir, desa yang didirikan oleh para transmigran asal Pulau
Jawa itu menjadi sangat terkenal. Sebab, dari desa itulah lahir benih padi
lokal unggul yang kini mulai dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia.
Benih padi unggul itu ditemukan oleh Surono Danu, 66 tahun, seorang petani sekaligus peneliti padi asal Desa Nambah Dadi.
Surono menemukan benih padi unggul lokal setelah lebih dari 20 tahun melakukan penelitian dengan biaya sendiri. Usaha keras Surono berawal dari keprihatinnya melihat nasib petani yang produksinya stagnan. Selain itu, kegigihannya menemukan padi unggul lokal juga disemangati oleh niat untuk menyelamatkan padi unggul lokal dari kepunahan.
”Lama-kelamaan padi unggul lokal akan punah jika tidak dikembangkan,” kata Surono.
Untuk mendapatkan benih padi unggul, pada 1982 Surono kemudian berkeliling Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu untuk mengumpulkan benih padi unggul lokal. Akhirnya terkumpullah 183 jenis benih padi lokal. Setelah dilakukan serangkaian percobaan, hasilnya hanya varietas Dayang Rindu sebagai pejantan dan varietas Sirendah Sekam Putih dan Sirendah Sekam Kuning untuk betina yang mampu menunjukkan kualitas lebih baik.
Surono memilih padi Sirendah Sekam Putih dan Sirendah Sekam Kuning yang baunya wangi dan induk jantan dari Dayang Rindu (produksi tinggi) untuk terus diteliti. Pada 1985 Surono mulau melakukan uji coba penyilangan. Pada 1986 penyelingan menunjukkan hasil. Namun, umur padi unggul hasil persilangan itu belum begitu memuaskan. Dari tanam hingga panen, usianya masih sama dengan varietas-varietas lainnya yaitu 150 hari. Baru setelah 10 tahun dilakukan uji coba secara terus-menerus terhadap varietas Sertani-1, umur panen bisa berkurang yakni dari 150 hari menjadi 105 hari.
”Meskipun berumur pendek, kualitasnya tetap sama. Selain itu Sertani-1 bisa tahan terhadap sawah yang selalu kekurangan air. Yang membuat saya senang jumlah malai (bulir padi pada tangkai padi) jauh lebih banyak dari varietas lainnya, yaitu bisa mencapai 400 butir lebih,'' papar Surono.
Selain Sertani-1, Surono bersama-sama komunitas petani Lampung yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia (Sertani) kini sedang mengembangkan bibit unggul lainnya bernama Emespe. Emespe kependekan dari Mari Sejahterakan Petani. Penelitian dan pengembangan padi unggul itu dilakukan di rumah geribik Surono Danu dan di ”laboratorium” yang terletak di sebuah areal sawah di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Sama seperti Sertani-1, bibit padi unggul Emespe juga didedikasikan oleh Surono dan komunitas Sertani Lampung untuk para petani di seluruh Indonesia. Lewat jaringan kelompok tani dan persatuan petani padi di seluruh Indonesia, padi Sertani-1 dan Emespe kini mulai ditanam petani di berbagai daerah di Indonesia.
”Sertani-1 cocok untuk lahan kering, sementara Emespe cocok untuk lahan yang banyak air. Artinya, Sertani-1 sangat cocok ditanam di daerah yang selama ini kekurangan air. Jadi, petani tak perlu khawatir lagi menanam padi pada saat musim kemarau,” kata Anang Prihantono, ketua umum Sertani.
Satu hektare tanaman padi Sertani-1 mampu memproduksi gabah hingga 14 ton. Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Satu hektare benih Sertani-1 hanya membutuhkan paling banyak lima kwintal pupuk. Yang lebih penting lagi, Sertani-1 tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik.
”Benih Sertani 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional," harap Surono.
Benih padi unggul itu ditemukan oleh Surono Danu, 66 tahun, seorang petani sekaligus peneliti padi asal Desa Nambah Dadi.
Surono menemukan benih padi unggul lokal setelah lebih dari 20 tahun melakukan penelitian dengan biaya sendiri. Usaha keras Surono berawal dari keprihatinnya melihat nasib petani yang produksinya stagnan. Selain itu, kegigihannya menemukan padi unggul lokal juga disemangati oleh niat untuk menyelamatkan padi unggul lokal dari kepunahan.
”Lama-kelamaan padi unggul lokal akan punah jika tidak dikembangkan,” kata Surono.
Untuk mendapatkan benih padi unggul, pada 1982 Surono kemudian berkeliling Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu untuk mengumpulkan benih padi unggul lokal. Akhirnya terkumpullah 183 jenis benih padi lokal. Setelah dilakukan serangkaian percobaan, hasilnya hanya varietas Dayang Rindu sebagai pejantan dan varietas Sirendah Sekam Putih dan Sirendah Sekam Kuning untuk betina yang mampu menunjukkan kualitas lebih baik.
Surono memilih padi Sirendah Sekam Putih dan Sirendah Sekam Kuning yang baunya wangi dan induk jantan dari Dayang Rindu (produksi tinggi) untuk terus diteliti. Pada 1985 Surono mulau melakukan uji coba penyilangan. Pada 1986 penyelingan menunjukkan hasil. Namun, umur padi unggul hasil persilangan itu belum begitu memuaskan. Dari tanam hingga panen, usianya masih sama dengan varietas-varietas lainnya yaitu 150 hari. Baru setelah 10 tahun dilakukan uji coba secara terus-menerus terhadap varietas Sertani-1, umur panen bisa berkurang yakni dari 150 hari menjadi 105 hari.
”Meskipun berumur pendek, kualitasnya tetap sama. Selain itu Sertani-1 bisa tahan terhadap sawah yang selalu kekurangan air. Yang membuat saya senang jumlah malai (bulir padi pada tangkai padi) jauh lebih banyak dari varietas lainnya, yaitu bisa mencapai 400 butir lebih,'' papar Surono.
Selain Sertani-1, Surono bersama-sama komunitas petani Lampung yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia (Sertani) kini sedang mengembangkan bibit unggul lainnya bernama Emespe. Emespe kependekan dari Mari Sejahterakan Petani. Penelitian dan pengembangan padi unggul itu dilakukan di rumah geribik Surono Danu dan di ”laboratorium” yang terletak di sebuah areal sawah di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Sama seperti Sertani-1, bibit padi unggul Emespe juga didedikasikan oleh Surono dan komunitas Sertani Lampung untuk para petani di seluruh Indonesia. Lewat jaringan kelompok tani dan persatuan petani padi di seluruh Indonesia, padi Sertani-1 dan Emespe kini mulai ditanam petani di berbagai daerah di Indonesia.
”Sertani-1 cocok untuk lahan kering, sementara Emespe cocok untuk lahan yang banyak air. Artinya, Sertani-1 sangat cocok ditanam di daerah yang selama ini kekurangan air. Jadi, petani tak perlu khawatir lagi menanam padi pada saat musim kemarau,” kata Anang Prihantono, ketua umum Sertani.
Satu hektare tanaman padi Sertani-1 mampu memproduksi gabah hingga 14 ton. Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Satu hektare benih Sertani-1 hanya membutuhkan paling banyak lima kwintal pupuk. Yang lebih penting lagi, Sertani-1 tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik.
”Benih Sertani 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional," harap Surono.
6 komentar:
Bagi yang berminat menanam SERTANI 1 silahkan hubungi saya 085749311798
Bagi yang berminat menanam SERTANI 1 silahkan hubungi saya 085749311798
kalo di medan ada gak ya bibit srtani1 n alamat nya
hii
Mas bagaimana cara mo beli bibit sertani 1 ? Harga brapa?
Mas bagaimana cara mo beli bibit sertani 1 ? Harga brapa?
Posting Komentar